VISI - MISI

VISI Mandiri, Kreatif berdasarkan Iman dan Takwa MISI * Mendidik anak yang berkebutuhan khusus menjadi insan yang berguna bagi Nusa Bangsa dan Agama. * Mewujudkan pendidikan yang ceria, aktif, kreatif dan inovatif guna menyangsong hari esuk yang lebih cerah. * Melatih anak didik untuk berbudaya bersih, rapi, indah dan bersahaja. * Membentuk pribadi yang terampil, tertib, tekun, dan tegar serta santun dalam pergaulan.

Anak Autisme di Sekitar Kita


Tanggal 2 April diperingati sebagai hari Autisme Sedunia. Lebih tepatnya lagi oleh WHO hari ini disebut sebagai World Autisme Awareness Day. Beberapa agenda yang dilakukan dalam rangka memperingati hari ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran kita akan adanya gangguan austisme di sekitar kita terutama pada anak-anak.

 Dua puluh tahun lalu, mungkin belum banyak orang yang memahami penyakit ini. Bahkan saat saya di bangku kuliah kedokteran pada tahun 2000an awal pun "booming" diagnosis autisme belum banyak seperti sekarang. Saya memperkirakan saat itu mungkin orang lebih memahami anak autisme sebagai anak yang mengalami keterbelakangan mental atau dulu sering dikenal dengan anak idiot (catatan : istilah ini semakin lama sudah semakin hilang dari tata bahasa sehari-hari dan ini merupakan pertanda yang baik karena istilah ini sangat stigmatis).

Walaupun memang lebih dari 70 persen pasien Autisme mengalami gangguan mental, ada perbedaan mendasar antara autisme dan gangguan mental. Untuk lebih jelasnya, saya akan memaparkan apa itu gejala dan tanda autisme dengan menggunakan poin-poin agar mudah dipahami. Sebelumnya, akan saya paparkan sedikit pendahuluan tentang apa itu autisme.

Autisme adalah termasuk dalam gangguan perkembangan jiwa pervasive yang biasanya bermula sejak usia sebelum 3 tahun. Ketidakmampuan interaksi sosial yang jelas dan bertahan serta gangguan komunikasi adalah yang paling jelas terlihat pada pasien autisme. Adanya pola perilaku dan minat yang terbatas atau sterotipik (khas dan diulang-ulang) merupakan ciri yang lain. 70 persen anak autisme mengalami retardasi mental dan inilah mungkin yang dulu disalahpahami sebagai gangguan mental daripada autisme. Sampai saat ini penyebab pasti autisme tidak diketahui. Keterlibatan faktor biologis dipastikan dengan beberapa penelitian yang mengungkapkan adanya ketidakseimbangan sistem di otak anak yang mengalami autisme.  

Tanda dan gejala  

A. Kesulitan dalam interaksi sosial yang nyata : -Tidak ada kontak mata -Kesulitan berhubungan dengan teman sebaya sesuai tingkat perkembangan usia -Kesulitan dalam membagi kesenangan dengan orang lain -Tiada hubungan sosial timbal balik

 B. Kesulitan dalam komunikasi -Terhambat atau tiadanya kemampuan bicara (tidak ada upaya non-verbal lain juga) -Jika mampu bicara, sulit berkomunikasi adekuat dengan orang lain -Pemakaian kata yang berulang, tidak bertujuan -Tidak mampu bermain peran secara spontan sesuai tingkat perkembangan  

C. Terdapat keminatan, perilaku dan kegiatan streotipik (khas) dan berulang -Preokupasi (kecenderungan) terhadap perilaku streotipik tertentu -Perilaku melakukan ritual rutin yang tidak bertujuan -Gerak motorik yang streotipik (mannerism) seperti menepuk-nepuk tangan (flapping), gerak tubuh yang tidak bertujuan  

Pengobatan

Sampai saat ini pengobatan pada pasien anak autisme mengkombinasikan terapi biologis (dengan obat) dan juga dengan terapi-terapi lain seperti sensori integrasi, terapi bicara, terapi perilaku, terapi okupasi dan berbagai jenis lainnya. Perkembangan pengobatan semakin banyak menggunakan berbagai terapi lain seperti terapi musik dan terapi tari. Pengobatan bertujuan untuk mengurangi gangguan perilaku yang sering timbul, memperbaiki kemampuan bahasa dan komunikasi serta membuat pasien lebih mandiri.

Walaupun hampir 2/3 pasien dengan autisme tidak mampu hidup mandiri, sebagian kecil lainnya dengan terapi yang tepat dan intensif dapat meningkatkan kemandirian dirinya. Pengobatan dengan obat saat ini bertujuan untuk mengurangi gangguan perilakunya. Obat yang diberikan biasanya adalah golongan antipsikotik seperti risperidone dan aripriprazole yang belakangan telah disetujui oleh badan obat dan makanan Amerika Serikat untuk digunakan sebagai terapi pada pasien autisme.

Satu hal yang paling penting dalam tata laksana pasien autisme adalah kerjasama dengan orang tua pasien. Penerimaan orang tua akan kondisi anaknya terkadang sangat sulit sehingga penolakan ini bisa berakibat pada tata laksana yang baik buat pasien. Begitu banyaknya informasi yang kadang berlebihan membuat orang tua bingung untuk menentukan terapi yang tepat untuk anaknya. Belum lagi tawaran berbagai macam terapi yang semuanya mengatakan bagus. Saran saya pergilah ke dokter atau praktisi yang benar-benar memahami gangguan autisme baik dari segi biologis, psikologis dan lingkungan sosial.

 Anak autisme atau berkebutuhan khusus, bisa mandiri apabila orang-orang di sekitarnya mau menerima dan mendukungnya.

Semoga informasi ini berguna

Salam Sehat Jiwa